BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penerapan
sekolah sehat merupakan suatu tujuan utama yang diidamkan bagi semua anggota masyarakat,
khususnya bagi para pelajar dan tenaga pendidik. Secara umum, konsep sehat
mencakup: fisik, psikis, sosial, dan spiritual.
Dalam
proses belajar mengajar konsep sehat
harus menjadi perhatian utama, karena tanpa konsep sehat dalam
melakukan sesuatu mustahil dapat
dilaksanakan. Konsep sehat, kenyamanan merupakan
suatu proritas utama yang terkandung didalam melaksanakan aktivitas apapun
apalagi dalam proses belajar mengajar di sekolah. Misalnya pada lingkungan
sekolah; Kebersihan merupakan sesuatu yang utama, dalam proses belajar dan
beraktivitas di sekolah. Dalam suasan
bersih kita merasa nyaman, pasti akan tercipta akal sehat. Terkhusus
dalam mewujudkan Healty School, Healty
Mind, semua itu dapat kita wujudkan dengan hal-hal yang paling kecil, misalnya
dengan membuang sampah pada tempatnya, membuat barang bekas atau sampah plastik
sebagai suatu karya seni yang dapat dirasakan oleh semua masyarakat tak hanya kalangan pelajar.
Hal
ini juga yang kemudian memproyeksikan sekolah yang sehat, dengan berbagai
fasilitas yang dapat mendukung, yaitu:
a) Panduan
makanan sehat (healthy eating).
b) Pendidikan
olahraga (physical activity).
c) Program
pendidikan dan pelayanan kesehatan (health
education and
treatment).
d) Pendidikan
mental (emotional health and well being).
e) Program lingkungan sekolah sehat dan aman (safe and healthy).
Jika
kelima aspek tersebut diatas sudah terlaksana dan berjalan secara integrative
dan berkesinambungan, maka secrara otomatis sekolah tersebut sudah memenuhi
standar dan dapat digolongkan sebagai sekolah sehat secara Internasional. Dengan
demikian, kita juga ingin mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta dalam
ketertiban dunia, seperti yang terkandung pada UUD 1945.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka
permasalahan yang dapat muncul diantaranya sebagai berikut:
1)
Bagaimanakah pengaruh
kesehatan terhadap proses belajar siswa-siswi SMA Katolik Rajawali?
2)
Bagaimana kondisi yang
harus tercipta untuk membentuk pribadi yang sehat bagi siswa-siswi SMA Katolik
Rajawali agar dapat belajar dengan baik?
3)
Apa saja upaya yang
perlu dilakukan untuk membentuk pribadi
yang sehat secara mental dan fisik agar dapat mempengaruhi pikiran yang sehat
bagi siswa-siswi SMA Katolik Rajawali?
C.
Tujuan
Penelitian
Penulisan karya tulis ini bertujuan
untuk:
1)
Untuk mengetahui bagaimana
pengaruh kesehatan
terhadap proses belajar siswa-siswi SMA Katolik Rajawali.
2)
Untuk mengetahui
kondisi atau atmosfer yang harus tercipta untuk membentuk pribadi yang sehat
bagi siswa-siswi SMA Katolik Rajawali agar dapat belajar dengan baik.
3)
Untuk mengetahui upaya
yang dapat dan perlu dilakukan dalam rangka membentuk pribadi yang sehat secara
mental maupun fisik agar dapat mempengaruhi pikiran yang sehat bagi siswa-siswi
terutama siswa-siswi SMA Katolik Rajawali demi mewujudkan Indonesia Emas 2045
berbasis pembangunan berkelanjutan.
D.
Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini diharapkan memiliki manfaat, antara lain sebagai berikut:
1)
Hasil penelitian ini
diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dari pihak sekolah, pendidik, dan
orangtua mengenai pentingnya pengaruh faktor kesehatan terhadap proses belajar
siswa siswi SMA Katolik Rajawali.
2)
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak sekolah, pendidik, orangtua
siswa, dan siswa siswi mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan
pribadi yang sehat baik secara mental maupun fisik dengan tujuan mempengaruhi
pikiran dan akal yang sehat bagi siswa siswi SMA Katolik Rajawali.
3)
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan di bidang kesehatan berbasis
pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) bagi sekolah – sekolah terutama bagi SMA Katolik Rajawali
dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas 2045.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian Sehat
Meski
kita sudah mengetahui kata
“sehat”, tetapi kita
seringkali belum mengetahui makna sebenarnya dari kata sehat. Sehat ini sendiri memiliki artian yang
sangat luas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen
Pendidikan Nasional, 2007: 1241), Sehat adalah baik seluruh badan serta
bagian-bagian (bebas dari sakit). Menurut WHO, Sehat
adalah keadaan seimbang yang sempurna, baik
fisik, mental, dan
sosial, tidak
hanya bebas dari
penyakit dan kelemahan. Sedangkan, menurut
Konsep Kesehatan Masyarakat, Sehat
adalah dimana orang dapat bekerja atau menjalankan pekerjaannya sehari-hari.
Menurut UU No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan jiwa dan sosial
yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental,
dan sosial dimana di dalamnya ada kesehatan jiwa yang menjadi bagian dari
integral kesehatan.
Menurut UU No. 23
Tahun 1992 Pasal 22 Tentang Kesehatan Lingkungan
1. Kesehatan lingkungan diselenggarakan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat.
2. Kesehatan lingkungan dilaksanakan
terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum,
dan lingkungan lainnya.
3. Kesehatan lingkungan meliputi
penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas,
radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor penyakit, dan penyehatan atau
pengamanan lainnya.
4. Setiap tempat atau sarana pelayanan
umum wajib memelihara dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan
standar dan persyaratan.
5. Ketentuan mengenai penyelenggaraan
kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3),
dan Ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam UU
Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 79 Tentang Kesehatan, ditegaskan bahwa ”Kesehatan
Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik
dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya sehingga diharapkan dapat
menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
B.
Pengertian
Sekolah
Sekolah
merupakan tempat menuntut ilmu yang paling efektif menurut sebagian besar
orang. Sekolah juga dianggap sebagai rumah kedua untuk siswa.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 1244), Sekolah
adalah bangunan atau lembaga untuk belajardan mengajar serta tempat menerima
dan memberi pelajaran.
Adapun pengertian menurut
Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah, diakses, 14 September 2016, pukul
09.30), Sekolah
adalah sebuah lembaga
yang dirancang untuk pengajaran siswa /murid di bawah pengawasan guru. Sebagian
besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. Dalam
sistem ini, siswa kemajuan melalui serangkaian sekolah.
C.
Pengertian
Kenyamanan
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
2005: 789) bahwa Kenyamanan berarti keadaan nyaman; Kesegaran;
kesejukan.
D.
Pengertian
Pikiran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen
Pendidikan Nasional, 2007: 1073), Pikiran adalah hasil berpikir (memikirkan).
Menurut
Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Pikiran
diakses pada 14 September, pukul
10.05), Pikiran adalah gagasan
dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan
dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai
dengan tujuan, rencana, dan keinginan.
E.
Indikator
Perilaku Hidup Besih dan Sehat di Sekolah
a.
Menyuci tangan dengan air yang
mengalir dan memakai sabun.
b.
Mengonsumsi jajanan sehat di kantin
sekolah.
c.
Menggunakan jamban yang bersih dan
sehat.
d.
Olahraga yang teratur dan terukur.
e.
Memberantas jentik nyamuk.
f.
Tidak merokok di sekolah
g.
Menimbang berat badan dan mengukur
tinggi badan setiap bulan.
h.
Membuang sampah pada tempatnya.
F.
Indikator Pikiran yang Sehat
a. Berani
karena benar.
b. Sabar.
c. Ulet.
d. Adil.
e. Bijaksana.
f. Pemaaf.
g. Pengasih
dan penyayang.
h. Disiplin.
i. Bertanggung
jawab.
j. Tenang.
k. Waspada.
l. Pikiran
terbuka.
m. Objektif.
n. Jujur.
o. Ikhlas.
Indikator
adanya rasa pikiran negatif yang timbul dari seseorang adalah:
a. Malas.
b. Sakit
hati.
c. Sedih.
d. Cemas.
e. Galau.
f. Kecewa.
g. Dendam.
h. Iri
hati.
i. Dengki.
j. Putus
asa.
k. Tidak
percaya diri.
G.
UKS
(Unit
Kesehatan Sekolah)
Menurut Indonesian
Publik Health (http://www.indonesian-publichealth.com/usaha-kesehatan-sekolah-uks/
diakses pada 14 September 2016, pukul
08.27), UKS (Usaha Kesehatan
Sekolah) merupakan salah satu indikator yang harus ada dalam sekolah dan dengan
adanya UKS di sekolah, maka suatu sekolah dapat dikatakan sehat dan
berkualitas. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) tercermin dalam Tri Program Usaha
Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS),
yaitu penyelenggaraan pendidikan kesehatan, penyelenggaraan pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan kehidupan
sekolah sehat.
Menurut Departemen Pendidikan &
Kebudayaan, UKS adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat
yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan yankes di sekolah,
perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan
pemeliharaan kesehatan dilin program lingkungan sekolah.
Menurut Depkes RI, UKS adalah usaha
kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik
beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama. UKS merupakan wahana untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup
sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang optimal.
Tujuan
diselenggaran UKS, yaitu untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan para siswa-siswi. Tujuan khususnya untuk memupuk
kebiasaan untuk hidup sehat, yang mencakup:
1.
Penurunan angka kesakitan anak
sekolah.
2.
Peningkatan kesehatan peserta didik
(fisik, mental, sosial).
3.
Agar peserta didik memiliki
pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip-prinsip hidup
sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di
sekolah.
4.
Meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan terhadap anak sekolah.
5.
Meningkatkan daya tangkal dan daya
hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok, alkohol dan obat-obatan
berbahaya lainnya.
Pembinaan
program UKS, dilaksanakan pada tingkat Kabupaten dan Kecamatan dibentuk dengan
membentuk tim pembina usaha kesehatan sekolah (TPUKS). Beberapa kegiatan TPUKS
tersebut antara lain meliputi:
1. Pembinaan sarana keteladanan gizi,
seperti kantin sekolah.
2. Pembinaan sarana keteladanan
lingkungan, seperti pemeliharaan dan pengawasan pengelolaan sampah, SPAL, WC
dan kamar mandi, kebersihan kantin sekolah, ruang UKS dan ruang kelas,
usaha mencegah pengendalian vektor penyakit.
3. Pembinaan personal higiene peserta
didik dengan pemeriksaan rutin kebersihan kuku, telinga, rambut, gigi, serta
dengan mengajarkan cara gosok gigi yang benar.
4. Pengembangan kemampuan peserta didik
untuk berperan aktif dalam pelayanan kesehatan antara lain dalam bentuk kader
kesehatan sekolah dan dokter kecil
5. Penjaringan kesehatan peserta didik
baru
6. Pemeriksaan kesehatan secara
periodik
7. Imunisasi, pengawasan sanitasi air,
usaha P3K di sekolah
8. Rujukan medik, penanganan kasus
anemia
9. Forum komunikasi terpadu dan
pencatatan dan pelaporan
Pelaksana program UKS antara lain
meliputi guru UKS, peserta didik, Tim UKS Puskesmas, serta masyarakat sekolah
(komite sekolah). Pada tingkat Puskesmas, dengan seorang koordinator pelaksana
terdiri dari dokter, perawat, petugas imunisasi, pelaksana gizi, serta
sanitarian. Prinsip-prinsip yang
terdapat dalam pengelolaan UKS,yaitu.
1. Mengikutsertakan peran serta
masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi guru, peserta didik,
karyawan sekolah, Komite Sekolah (orang tua murid).
2. Kegiatan yang terintegrasi, dengan
pelayanan kesehatan menyeluruh yang menyangkut segala upaya kesehatan pokok
puskesmas sebagai satu kesatuan yang utuh dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan peserta didik.
3. Melaksanakan rujukan, dengan
mengatasi masalah kesehatan yang tak dapat diatasi di sekolah ke fasilitas
kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit.
4. Kolaborasi tim, dengan melibatkan
kerja sama lintas sektoral dengan pembagian tugas pokok dan fungsi yang jelas.
Kegiatan-kegiatan
yang terdapat dalam UKS, meliputi:
a)
Pemeriksaan kesehatan (kehatan gigi
dan mulut, mata telinga dan tenggerokan, kulit,
dan rambut),
b)
Pemeriksaan perkembangan kecerdasan,
c)
Pemberian imunisasi,
d)
Penemuan kasus-kasus dini,
e)
Pengobatan sederhana,
f)
Pertolongan pertama,
g)
Rujukan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis, Waktu, dan Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di lingkungan SMA Katolik Rajawali Makassar mulai pada hari
Sabtu, 10 September 2016 sampai dengan hari Kamis, 15 September 2016 dengan
melakukan survei langsung terhadap siswa – siswi.
Sesuai
dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, maka digunakan
penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dengan metode kualitatif
ini lebih menekankan pada kualitas suatu data dan atau kedalaman data yang
dapat diperoleh. Jenis data yang disajikan dalam penelitian ini berupa data
kualitatif, yaitu data yang berupa informasi yang berbentuk deskriptif yang
diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data seperti wawancara.
B. Fokus Penelitian
Jumlah
populasi di SMA Katolik Rajawali adalah 1416 jiwa, dengan jumlah guru sebanyak
84 orang dan jumlah keseluruhan siswa 1332 orang. Menurut buku Sosiologi kelas
III (Anwar, 1993), bahwa jika populasi berjumlah besar, maka presentase
pengambilan sampel sebesar 5% - 10%. Menurut peneliti jumlah tersebut di atas
sangat banyak. Karena itu, jumlah sampel yang diambil adalah sebesar 6% dari
jumlah populasi SMA Katolik Rajawali Makassar, yaitu 1416 x 6% = 84 orang.
Fokus
penelitian untuk kuisioner adalah seluruh siswa – siswi kelas XI Unggulan SMA
Katolik Rajawali Makassar. Alasan dari pemusatan penelitian ke siswa – siswi
kelas XI Unggulan adalah karena berdasarkan hasil survei, mereka dianggap sudah
lebih unggul dan sudah melewati fase beradaptasi selama satu tahun di SMA
Katolik Rajawali Makassar sehingga sudah mengetahui kondisi di SMA Katolik
Rajawali terutama kondisi layanan kesehatan, kebersihan, dan kebiasaan hidup di
SMA Katolik Rajawali.
Sedangkan
fokus penelitian untuk teknik wawancara meliputi syarat-syarat yang ditetapkan
untuk dapat menjadi informan atau narasumber adalah sebagai berikut:
1) Merupakan
guru bidang studi biologi yang mendampingi kegiatan palang merah remaja di SMA
Katolik Rajawali dan sungguh paham dengan kesehatan anak didik.
2) Merupakan
petinggi sekolah yang memahami bidang bimbingan dan konseling yang membawahi
kegiatan konseling di SMA Katolik Rajawali.
3) Merupakan
guru bimbingan dan konseling di SMA Katolik Rajawali yang langsung menangani
proses konseling anak didik.
4) Merupakan
siswa atau siswi SMA Katolik Rajawali yang memiliki prestasi dibidang akademik
dan pendidikan jasmani.
Adapun fokus penelitian ini adalah bagaimana cara
untuk mewujudkan program healthy school,
healthy minds pada SMA Katolik Rajawali sehingga menjadi teladan bagi
sekolah lain agar dapat menuju Indonesia Emas 2045.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data
– data yang disajikan dalam karya tulis ini diperoleh dengan cara pengumpulan
data primer yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara langsung dari
sumbernya, melalui wawancara dan kuisioner atau angket. Selain itu, juga
bersumber dari data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah ada
seperti buku, makalah, dan internet.
D. Teknik Analisis Data
Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif konsep Mils dan Haberman, yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga tuntas dan datanya sampai
jenuh.
Analisis
data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis deskriptif. Analisis
ini digunakan untuk mendapatkan gambaran penyebaran hasil penelitian masing –
masing variabel secara kategorikal.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1)
Angket
Setelah
mengumpulkan kuisioner yang kami sebar kepada sampel kami, langkah selanjutnya
adalah memberi kode pada setiap pilihan jawaban yang terdapat di lembar
kuisioner kami. Langkah ini kami lakukan agar memudahkan kami dalam mengelolah
penelitian ini.
Hasil Kuisioner => letakan dibagian lampiran terakhir.!!!! Diagram dinaikan menjadi hasil penelitian.
NO.
|
RESPONDEN
|
KELAS
|
PERTANYAAN
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
1.
|
Alvati Hartanti Wijaya
|
XI IPA A
|
1
|
1
|
1
|
3
|
3
|
2
|
2.
|
Angeline Rana
|
XI IPA A
|
1
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3.
|
Biyan Aprilla Mailoa
|
XI IPA A
|
2
|
2
|
1
|
3
|
2
|
2
|
4.
|
Catherine L. Johansyah
|
XI IPA A
|
1
|
1
|
3
|
3
|
3
|
2
|
5.
|
Celine Aurelia Ahmad
|
XI IPA A
|
3
|
1
|
2
|
3
|
2
|
2
|
6.
|
Desy Putri Heryanto
|
XI IPA A
|
3
|
3
|
1
|
3
|
3
|
2
|
7.
|
Enrico Siahaan
|
XI IPA A
|
3
|
1
|
2
|
3
|
3
|
3
|
8.
|
Evelyn Piekarsa
|
XI IPA A
|
3
|
3
|
1
|
2
|
3
|
2
|
9.
|
Febriola Berliani W.
|
XI IPA A
|
1
|
3
|
1
|
3
|
2
|
3
|
10.
|
Finny Ongadi
|
XI IPA A
|
1
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
11.
|
Gabriela
|
XI IPA A
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
12.
|
Gracia Devina Piekarsa
|
XI IPA A
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
13.
|
Irene Fidelia Pattuju
|
XI IPA A
|
1
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
14.
|
Irwin Yaputera
|
XI IPA A
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
3
|
15.
|
Ivander Fidelis Kartiko
|
XI IPA A
|
3
|
3
|
1
|
3
|
3
|
3
|
16.
|
Jacob Alexander W.
|
XI IPA A
|
3
|
3
|
2
|
3
|
2
|
3
|
17.
|
Jean Hilarry P. K.
|
XI IPA A
|
2
|
1
|
2
|
3
|
3
|
2
|
18.
|
Jessica Eleora
|
XI IPA A
|
3
|
1
|
2
|
3
|
3
|
2
|
19.
|
Leonardo Wijaya
|
XI IPA A
|
1
|
1
|
1
|
3
|
2
|
1
|
20.
|
Margareth Liu
|
XI IPA A
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
21.
|
Meiliana A. S.
|
XI IPA A
|
1
|
3
|
3
|
3
|
2
|
1
|
22.
|
Nadya Divia Go
|
XI IPA A
|
3
|
3
|
1
|
3
|
3
|
3
|
23.
|
Nata Nagata Yusuf
|
XI IPA A
|
1
|
3
|
2
|
3
|
3
|
1
|
24.
|
Natasya Aurelia P. H.
|
XI IPA A
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
25.
|
Natasya E. Chandra
|
XI IPA A
|
3
|
3
|
1
|
3
|
3
|
1
|
26.
|
Richard Paparang
|
XI IPA A
|
2
|
3
|
1
|
3
|
3
|
2
|
27.
|
Richard Sudaryono A.
|
XI IPA A
|
1
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
28
|
Rivaldy Ruby
|
XI IPA A
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
29.
|
Rodolfo Sonde
|
XI IPA A
|
2
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
30.
|
Shiella L.
|
XI IPA A
|
1
|
3
|
2
|
3
|
3
|
1
|
31.
|
Surya Fernando Simon
|
XI IPA A
|
1
|
3
|
3
|
3
|
3
|
1
|
32.
|
Tifanny Chendra
|
XI IPA A
|
3
|
3
|
1
|
1
|
2
|
3
|
33.
|
Tjioe Felicia Honoris
|
XI IPA A
|
2
|
3
|
1
|
3
|
3
|
2
|
34.
|
Vanesia C. Kwang
|
XI IPA A
|
1
|
3
|
2
|
2
|
3
|
2
|
35.
|
William Wijaya
|
XI IPA A
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
1
|
36.
|
Yason N. Liyadi
|
XI IPA A
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
37.
|
Yehezkiel R. T.
|
XI IPA A
|
1
|
3
|
1
|
3
|
3
|
2
|
38.
|
Alvin Lucius S.
|
XI IPS B
|
2
|
3
|
2
|
3
|
2
|
1
|
39.
|
Anastasia Halim
|
XI IPS B
|
1
|
3
|
3
|
3
|
2
|
1
|
40.
|
Andre Njauwman
|
XI IPS B
|
1
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
41.
|
Aniela Trianzil
|
XI IPS B
|
3
|
3
|
1
|
2
|
3
|
2
|
42.
|
Ardy Wijaya
|
XI IPS B
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
43.
|
Aurelia Virginia Rustan
|
XI IPS B
|
1
|
1
|
3
|
2
|
2
|
1
|
44.
|
Brigitta Rustan
|
XI IPS B
|
1
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
45.
|
Caroline Chungiarto
|
XI IPS B
|
2
|
3
|
2
|
3
|
3
|
1
|
46.
|
Clarissa Mulialim
|
XI IPS B
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
3
|
47.
|
Erika Chandra
|
XI IPS B
|
1
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
48.
|
Ervina Marcella Amir
|
XI IPS B
|
3
|
3
|
1
|
3
|
3
|
2
|
49.
|
Evelyn Winny Thody
|
XI IPS B
|
3
|
2
|
2
|
3
|
3
|
1
|
50.
|
Felix Goffrey
|
XI IPS B
|
3
|
1
|
3
|
3
|
3
|
2
|
51.
|
Ferdy Ferdinan Siauw
|
XI IPS B
|
1
|
1
|
1
|
3
|
2
|
1
|
52.
|
Feyren S. Wijaya
|
XI IPS B
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
53.
|
Fransiska F. Antolis
|
XI IPS B
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
54.
|
Fransiska V. Dwiputri
|
XI IPS B
|
1
|
3
|
1
|
3
|
3
|
3
|
55.
|
Gilbert
|
XI IPS B
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
56.
|
Gio Vanni G. S.
|
XI IPS B
|
2
|
3
|
2
|
2
|
3
|
2
|
57.
|
Gisela Edria Lisa
|
XI IPS B
|
3
|
1
|
2
|
3
|
3
|
3
|
58.
|
Gladys R. P. T.
|
XI IPS B
|
1
|
1
|
3
|
3
|
3
|
2
|
59.
|
Henry Lianto
|
XI IPS B
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
3
|
60.
|
Janice F. Piekarsa
|
XI IPS B
|
2
|
3
|
2
|
3
|
2
|
1
|
61,
|
Jeslyn Tandiawan
|
XI IPS B
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
62.
|
Jessica A. C.
|
XI IPS B
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
63.
|
Michael Layadi
|
XI IPS B
|
1
|
1
|
1
|
3
|
3
|
2
|
64.
|
Millenia T. M.
|
XI IPS B
|
1
|
3
|
3
|
3
|
3
|
1
|
65.
|
Natasya C. Gosal
|
XI IPS B
|
3
|
3
|
1
|
1
|
2
|
1
|
66.
|
Natasya N. Oei
|
XI IPS B
|
3
|
1
|
2
|
2
|
2
|
3
|
67.
|
Novita P. The
|
XI IPS B
|
3
|
1
|
3
|
3
|
2
|
3
|
68.
|
Patricia Pieter
|
XI IPS B
|
1
|
1
|
3
|
3
|
2
|
2
|
69.
|
Pricilia M. W.
|
XI IPS B
|
2
|
1
|
2
|
3
|
2
|
1
|
70.
|
Pricilla A. J
|
XI IPS B
|
1
|
3
|
1
|
3
|
3
|
3
|
71.
|
Prisilia A. T.
|
XI IPS B
|
1
|
3
|
2
|
3
|
3
|
1
|
72.
|
Rabecca P. A.
|
XI IPS B
|
3
|
1
|
1
|
3
|
2
|
2
|
73.
|
Regina Tuinesia
|
XI IPS B
|
1
|
3
|
1
|
3
|
3
|
1
|
74.
|
Sherena J. W.
|
XI IPS B
|
3
|
3
|
1
|
3
|
3
|
2
|
75.
|
Stacia G. T.
|
XI IPS B
|
1
|
3
|
2
|
1
|
3
|
1
|
76.
|
Stefani P. C.
|
XI IPS B
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
77.
|
Stevani Phoander
|
XI IPS B
|
1
|
3
|
1
|
3
|
2
|
1
|
78.
|
Susilo M. T.
|
XI IPS B
|
2
|
1
|
3
|
3
|
3
|
1
|
79.
|
Vindy Suhlivan
|
XI IPS B
|
2
|
3
|
2
|
3
|
2
|
1
|
80.
|
Vonny P. Sari
|
XI IPS B
|
1
|
1
|
2
|
3
|
3
|
2
|
81.
|
Wiliam Y. Ciandi
|
XI IPS B
|
2
|
3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
Dari hasil
penelitian kami melalui angket, kami menyimpulkan dalam diagram di atas bahwa
alasan siswa-siswi menjadi terhambat dalam belajar adalah sebanyak 41% menjawab
karena adanya tekanan dari orang tua dan guru, kemudian sebanyak 38% menjawab
karena gangguan kesehatan, dan sebanyak 21% menjawab karena adanya konflik di
sekolah. Adanya tekanan dari orang tua dan guru untuk mendapatkan nilai yang
bagus atau belajar keras serta adanya konflik di sekolah merupakan tekanan mental
atau psikis dari siswa, hal ini mempengaruhi perasaan siswa dan lebih mudah
stress dalam belajar.
Dari hasil
penelitian kami melalui angket, dapat kami simpulkan dalam diagram di atas,
bahwa menurut siswa-siswi pengaruh perasaan atau emosi terhadap proses belajar
adalah sebanyak 74% mengatakan bahwa ada hubungan antara perasaan siswa-siswi
terhadap proses belajar, 24% mengatakan bahwa pengaruh perasaan terhadap proses
belajar biasa-biasa saja, dan sebanyak 4% mengatakan tidak ada hubungan
perasaan terhadap proses belajar.
Dari hasil
penelitian kami, dapat kami simpulkan dalam diagram di atas bahwa 37%
siswa-siswi mengatakan bahwa penyakit yang sering menyerang siswa-siswi adalah
penyakit sakit kepala, sebanyak 33% mengatakan penyakit yang sering menyerang
siswa-siswi adalah flu/batuk/demam, dan sebanyak 30% mengatakan penyakit yang
sering menyerang siswa-siswi adalah penyakit sakit perut.
Dari hasil
penelitian dari angket kami, dapat kami simpulkan dalam diagram di atas bahwa
sebanyak 85% siswa-siswi mengatakan hampir tidak pernah mengunjungi UKS,
sebanyak 11% mengatakan bahwa mereka mengunjungi UKS sebanyak 1-2 kali sebulan,
dan sebanyak 4% mengatakan bahwa mereka mengunjungi UKS sebanyak 3-4 kali.
Dari hasil
penelitian kami melalui angket, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 73% mengatakan
bahwa fasilitas yang masih harus dibenahi di SMA Katolik Rajawali adalah
toilet, sedangkan 27% mengatakan bahwa fasilitas yang masih harus dibenahi di
SMA Katolik Rajawali adalah kantin. Dalam hal ini, kantin dan toilet masih
harus dibenahi kebersihannya. Tanpa disadari, kebersihan sangat
berpengaruh terhadap kesehatan
siswa-siswi dan kenyamanan dalam belajar.
Dari hasil penelitian
kami melalui angket, dapat kami simpulkan dalam diagram diatas bahwa sebanyak
44% memberikan nilai 4-6 terhadap kebersihan SMA Katolik Rajawali, sebanyak 29%
memberikan penilaian 7-10 terhadap kebersihan fasilitas SMA Katolik Rajawali,
dan sebanyak 27% memberikan penilaian 1-3 terhadap kebersihan fasilitas di SMA
Katolik Rajawali.
2)
Wawancara
Nama :
Dra. Ernawati
Pekerjaan : Guru Biologi dan Pembina Ekstrakurikuler
Palang
Merah Remaja (PMR) di SMA Katolik
Rajawali Makassar.
Berpendapat bahwa faktor kesehatan sangat berpengaruh
pada proses belajar siswa karena dalam proses belajar, pikiran harus terfokus
dan berkonsentrasi pada pelajaran sehingga dapat belajar dengan baik. Sementara
untuk dapat berkosentrasi dengan baik saat belajar, terlebih dahulu perlu
dipenuhinya kesehatan fisik dan keadaan mental yang stabil.
Menurut Beliau, dikatakan bahwa siswa mempunyai
pribadi yang sehat dapat dilihat saat pelajaran sedang berlangsung, apakah
siswa itu bisa terfokus dengan baik, mau dalam memfokuskan perhatian pada topik yg dibahas, fokus mengerjakan tugas
yang diberikan, maupun keaktifan siswa tersebut dalam menanggapi pelajaran yang
diberikan oleh guru. Bagaimana seorang siswa mampu merespon pelajaran dengan
baik saja sudah dapat menunjukkan suatu pribadi yang sehat.
Selain faktor kesehatan, ada banyak lagi faktor yang menjadi
pengaruh, diantaranya yaitu lingkungan pergaulan, teman–temannya baik didalam maupun diluar sekolah, dan
lingkungan keluarganya dirumahnya, karena apabila seorang anak memiliki konflik
dengan orangtua atau temannya, maka secara otomatis mempengaruhi kesehatan
mentalnya sehingga ia dapat kehilangan perhatiannya pada saat belajar.
Sedangkan, menurut Ia, sekolah yg sehat itu sekolah yang mempunyai visi dan
misi jelas yg diwujudkan dlm proses bljr anak didik, sehingga anak didik semua
dapat belajar dengan baik dan tanpa gangguan apapun. Tentu saja itu dapat
terpenuhi juga dengan pemenuhan sarana dan prasarana juga, agar siswa lebih
semangat berlajar. Sementara itu, Beliau pun sangat setuju dengan program
penerapan healthy school, healthy minds
untuk SMA Katolik Rajawali sekiranya dapat jadi teladan bagi sekolah lain dan
agar tercapainya Indonesia emas 2045.
Nama :
Gabriel Singgih
Pekerjaan :
Siswa SMA Katolik Rajawali Makassar
Berpendapat bahwa
sudah jelas sekali bahwa ada pengaruh dari faktor kesehatan baik fisik
maupun mental terhadap proses belajar
seorang siswa. Sedangkan, iri dari seorang siswa sehingga dapat disebut sebagai
pribadi yang sehat adalah mampu menyesuaikan diri dengan semua lingkungannya, dapat
berpikir secara rasional dalam mengambil keputusan dan tidak gegabah, mampu
mengatur atau mengendalikan emosinya dimanapun ia berada terutama saat sedang
berada di sekolah.
Berdasarkan pengalaman pribadinya, ia merasa, selain pentingnya faktor kesehatan, ada juga
faktor lain yang sangat penting yang dapat berpengaruh dalam proses belajar
seorang siswa yaitu faktor dukungan dari lingkungan, baik dukungan dari
orangtua maupun dukungan dari guru-gurunya, dimana dukungan itu berfungsi untuk
memotivasi siswa agar lebih bersemangat dalam belajar.
Ia berpendapat bahwa suatu sekolah dapat dikatakan
sebagai sekolah yang sehat apabila lingkungan sekolah itu dapat membawa dampak
perkembangan yang baik bagi siswa. Dan yang dikatakan dengan pikiran yang sehat
adalah kemampuan seseorang untuk bertindak sesuai dengan aturan yang ada dan
mampu mengatur atau mengendalikan keadaan jiwa serta emosionalnya. Ia juga
sangat setuju bahwa dengan penerapan program healthy school, healthy minds dalam rangka mewujudkan Indonesia
Emas 2045.
Nama :
Nicolaus Wahyu,S.S
Pekerjaan : Guru Agama SMA Katolik Rajawali Makassar
Bapak Wahyu selaku narasumber mengatakan faktor yang ditimbulkan
akibat rendahnya kesahatan fisik maupun kesehatan mental, itu sangat nyata
adanya. Hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap kehidupan kita terlebih khusus pada proses belajar mengajar yang
dilaksanakan di sekolah. Misalnya seorang anak yang memiliki gangguan pada penglihatannya, wali kelas
wajib menempatkan anak tersebut pada bangku bagian depan demi terciptanya
suasana nyaman pada siswa-siswi; Dan juga idealnya sebuah sekolah terdapat UKS
yang berperan dalam penyediaan bahan obat-obatan, dan juga dalam pendataan
penyakit yang diderita oleh seorang siswa/siswi. Hal tersebut sangat dapat kita
lihat pada sekolah-sekolah yang terakreditas seperti pada SMA Katolik Rajawali,
kebersihan merupakan suatu prioritas utama; Karena jika sekeliling kita bersih
maka akan tercipta suatu proses belajar yang nyaman.Selanjutnya, tolak ukur
dari pribadi yang sehat bagi seorang siswa/siswi yaitu sehat jasmani dan
rohani,hal tersebut dapat diwujudkan dengan adanya visi dan misi dalam hidup
untuk mencapai tujuan dari kita bersekolah dan sasaran kita untuk hidup
kedepannya; Dan yang harus ditanamkan bagi pelajar yaitu bahwa seorang pelajar
kesekolah bukan karena rutinitas melainkan karena ilmu pengetahuan dan demi
kehidupan. Selain pengaruh kesehatan, yang menjadi pengaruh bagi siswa/siswi
yaitu kurangnya motivasi dari guru dan orang tua, serta keteladanan. Misalnya
seorang siswa-siswi biasanya malas untuk mengikuti pelajaran tertentu karena
pembawaan pelajaran oleh gurunya; Dan itu juga merupakan suatu contoh perlakuan
yang dapat diantisipasi oleh seorang guru, bahwa bagaimana peserta didiknya
dapat mengikuti pelajarannya dengan baik, serta dapat memberikan contoh yang
baik kepada anak didiknya.
Sekolah yang sehat
memiliki hubungan yang sangat erat karena; Sekolah yang sehat merupakan sekolah
yang memiliki tataan yang indah, dan kebersihan yang sangat mempengaruhi; Dan
juga sekolah sehat dalam aspek rohani dan kebudayaan yaitu rasa kekeluargaan
antara seorang guru dan muridnya dengan adanya rasa saling percaya, dan relasi
yang sehat. Serta, pikiran yang sehat dapat diukur melalui psikotes sebagai gambaran sikap dan jiwa dari
seorang anak, jika terdapat gangguan jiwa pada seorang anak tersebut, maka anak
tersebut mendapatkan pembinaan konseling dari psikolog, para imam seperti
pastor, pendeta, dan ustad atau pemuka agama lainnya berdasarkan agama yang
dianut oleh siswa/siswi tersebut. Dalam penerapan Healthy School, Healthy Mind untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun
2045 itu sangat baik diadakan, dan juga telah mendapatkan dukungan dari
pemerintah; Yaitu dengan memperbaiki sarana dan prasarana, dan juga
meningkatkan fasilitas sekolah misalnya pada UKS dan fasilitas lainnya.
Nama : Mirani Yulhartanti,S.Psi
Pekerjaan : Guru Bimbingan Konseling (BK) di SMA
Katolik
Rajawali
Berpendapat bahwa faktor yang
ditimbulkan akibat rendahnya Kesahatan fisik maupun kesehatan mental itu sangat
jelas adanya karena jika siswa/siswi mengalami masalah dalam hal kesehatan
fisik maupun kesehatan mental,maka anak tersebut akan terganggu pada proses
belajar siswa tersebut. Hal tersebut
dapat dilihat pada menurunnya konsentrasi, keterbatasan dalam melakukan
sesuatu, serta kurangnya motivasi yang didapatkan.
Menurut Ibu Mirani, selain pengaruh
kesehatan, yang menjadi pengaruh bagi siswa/siswi, terdapat pula ciri-ciri
pribadi yang sehat pada siswa-siswi, yaitu.
1)
Sehat
fisik.
2)
Kematangan
emosional sesuai usia perkembangan.
3)
Dapat
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada tahapan perkembangan yang dijalani.
4)
Mampu
beradaptasi.
5)
Dapat
menerima dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan yang ada.
6)
Bersikap
mandiri.
7)
Memiliki
rasa simpati dan empati yang tinggi.
8)
Mampu
bersikap jujur,penuh inisiatif,dan kreatif.
Selain
pengaruh kesehatan yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar pada
siswa-siswi dalam mewujudkan healthy school,
healthy minds, terdapat faktor lain yang terkandung didalamnya seperti
faktor lingkungan dan keluarga. Menurut Ibu Mirani sebagai seorang guru
Bimbingan Konseling, sekolah sehat merupakan sekolah yang tak hanya memiliki
lingkungan yang sehat tetapi juga adanya orang-orang yang memiliki kesehatan
fisik dan mental yang dapat tercerminkan dalam perilaku dan cara berpikir yang
sehat, seperti berperilaku dan berpikir positif, serta mampu mengembangkan dan
menerapkan pengatahuan setiap waktunya.
Dalam
mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045, sangat baik adanya dan dapat diterapkan
secara nyata dalam kehidupan kita. Dengan diterapkannya program ini, maka
diharapkan kita mampu menumbuhkan pribadi-pribadi yang berkualitas pada diri
dari setiap warga Negara. Sehingga Negara ini dapat semakin berkembang kearah
yang jauh lebih baik, sehingga menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas, dan
berdedikasi yang tinggi.
B.
Pembahasan
Kesehatan adalah
hal yang paling mendasar dalam kehidupan, bukan hanya bagi siswa tetapi juga
bagi semua orang. Dengan kesehatan yang terganggu, maka kegiatan seseorang juga
akan ikut terganggu, termasuk dalam hal kegiatan belajar siswa-siswi. Kesehatan
terbagi menjadi 2 (dua), yaitu kesehatan fisik dan kesehatan mental. Kedua
faktor ini merupakan faktor atau indikator yang penting dalam melakukan suatu
kegiatan. Kalau kesehatan fisik terganggu, maka seseorang akan sulit untuk
melakukan suatu kegiatan. Misalnya saat sedang sakit kepala atau demam, maka ia
akan merasa lemah dan tidak mampu melakukan suatu kegiatan, seperti belajar
untuk siswa-siswi. Sedangkan, kesehatan mental berpengaruh pada minat atau
motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Misalnya seorang siswa akan
terganggu proses belajarnya karena ada masalah di rumahnya sehingga pikirannya
tertuju pada masalahnya di rumah dan bukan fokus kepelajarannya.
Gaya hidup yang
mempengaruhi kesehatan sangat banyak. Berbagai faktor dapat menjadi
penyebabnya. Menurut buku berjudul Masalah Kesehatan (Erik P. Eckholm, 1982:
2), “Lingkungan” yang mempengaruhi kesehatan bukan hanya sekedar segi estetis
dari lingkungan alamiah seperti banyak dikira orang.
Yang dimaksud
bukan hanya sekedar dari segi estetis dari lingkungan alamiah adalah faktor
lain yang mempengaruhi kesehatan, seperti kebijaksanaan sosial dan ekonomis
yang menyebabkan seseorang sulit memenuhi kebutuhan pangan-nya sesuai standar
kebanyakan orang sehingga ia mudah sakit. Faktor lain adalah kebersihan yang
tidak terjaga dan terpelihara di tempat seseorang tinggal atau bekerja,
sehingga penyakit mudah berpindah dari satu orang ke orang yang lain, dan faktor
yang kecil tapi berdampak besar seperti makan secara berlebihan, merokok, dan
mengkonsumsi minuman beralkohol.
Faktor atau gaya
hidup yang paling mempengaruhi kesehatan fisik seorang siswa adalah kurang
mengkonsumsi makanan bergizi, jajan makanan yang tidak diketahui kebersihannya,
kurang tidur atau sering begadang, tidak menjaga kebersihan diri (seperti
jarang mandi), tidak memperhatikan kebersihan sekitarnya (seperti kebersihan
kantin tempat ia jajan, kebersihan ruang kelas, dan kebersihan tempat tidur),
merokok atau sering berada di tempat yang banyak asap rokok, mengkonsumsi
minuman keras atau yang lebih parah mengkonsumsi narkoba, dan kurang
mengkonsumsi vitamin. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kesehatan mental
seorang siswa, antara lain tekanan dari guru dan orang tua yang memaksa anak
untuk mendapatkan nilai yang baik di sekolah, konflik dengan teman di sekolah,
masalah-masalah di rumah yang mengganggu fokus siswa untuk belajar, kurangnya
motivasi atau dukungan dari orang tua, guru, maupun teman dari siswa tersebut,
tidak diajarkan pendidikan karakter dan pendidikan agama, sulit untuk bergaul
dengan orang lain sehingga siswa merasa kesepian dan sendirian, pergaulan siswa
di sekolah maupun di rumah yang baik atau buruk, dan memiliki kepribadian ganda
atau tingkat halusinasi yang tinggi namun tidak terlihat oleh orang lain yang
menyebabkan siswa memiliki konflik dengan dirinya sendiri karena halusinasi ini
dan bisa berubah menjadi stress bagi siswa tersebut.
Dari
faktor-faktor di atas yang mempengaruhi kesehatan fisik dan kesehatan mental
seorang siswa, maka dapat ditarik solusi untuk menciptakan kondisi atau
atmosfer yang harus tercipta agar seorang siswa sehat secara fisik dan sehat
secara mental, antara lain.
1.
Menciptakan
lingkungan sekolah yang bersih dan sehat.
Yang dimaksudkan
dengan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat, antara lain toilet yang
bersih; kantin yang bersih dan menjual makanan serta minuman yang bergizi bagi
siswa-siswi; ruang kelas yang memadai dalam proses belajar dan luas ruang kelas
yang tidak terlalu padat serta harus bersih, penerangan yang cukup, dan dibuat
senyaman mungkin bagi siswa; keadaan atau kondisi sekolah yang mampu memberikan
berdampak positif bagi siswa; menyediakan pendidikan karakter bagi siswa;
menyediakan layanan konseling bagi siswa yang ingin berkonsultasi untuk
masalahnya, baik masalah di sekolah maupun di rumah; standar pendidikan yang
berkualitas bagi siswa; membantu siswa untuk menyalurkan inspirasi dan
kreativitasnya; serta menyediakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) yang memadai.
2.
Menciptakan
kondisi rumah yang sehat bagi siswa.
Rumah adalah
tempat yang paling nyaman bagi sebagian besar orang. Rumah merupakan unit
terkecil dalam masyarakat yang paling mempengaruhi perkembangan diri seseorang,
karena sejak seseorang lahir, yang pertama ia temui adalah orang-orang dalam
rumahnya, seperti ayah, ibu, dan saudara-saudaranya. Peranan mereka sangat
besar dan berdampak terhadap perkembangan mental seseorang.
Kondisi rumah
seharusnya bersih dan lebih sehat dari tempat-tempat yang lain, serta sarana
prasaran di rumah harus mendukung perkembangan diri seseorang dari ia kecil
sampai ia dewasa. Menurut buku berjudul Fungsi Keluarga Dalam Meningkatkan
Kualitas Sumber Daya Manusia Daerah Sulawesi Selatan (Drs. Muhammad Arfah dan
rekan-rekan, 1997: 58), bahwa:
Sarana rumah tangga yang dimiliki oleh setiap
keluarga batih akan mempengaruhi tingkat pembinaan dan pendidikan anak itu
sendiri, atau dengan kata lain tingkat kualitas anak akan berbeda bila anak
tersebut berada dalam keluarga yang lebih lengkap/beraneka ragam sarana rumah
tangganya, dibanding anak yang hidup dalam keluarga yang kurang atau sederhana
sarana rumah tangganya.
Dan dikaitkan
dengan fasilitas dan kesehatan keluarga berencana, menurut buku berjudul Fungsi
Keluarga Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Daerah Sulawesi
Selatan (Drs. Muhammad Arfah dan rekan-rekan, 1997: 28), bahwa:
Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai
dalam suatu wilayah pemukiman akan memungkinkan terwujudnya tingkat kesehatan
masyarakat setempat semakin baik, demikian pula pencapaian keluarga kecil
bahagia dan sejahtera akan terwujud dengan baik. ... Fasilitas kesehatan dan
keluarga berencana tersebut dapat terperinci atas tiga bahgian yaitu; sarana
sebagai tempat pelaksanaan perobatan, tenaga medis, fasilitas peralatan dan
obat-obatan yang tersedia.
Keluarga di
rumah juga harus menyediakan makanan yang bergizi dan sehat bagi sesorang. Agar
kesehatan mental seseorang baik, maka keluarga harus harmonis agar seseorang menjadi
senang berada di rumah karena banyak yang bisa dilakukan bersama keluarga, ada
yang memberikan motivasi dan dukungan kepadanya, ada yang menjadi pendengar
atau mendampinginya saat ada masalah, ada yang mengajarinya tentang pengalaman
hidup selain dari bimbingan di sekolah, dan ada yang dapat ia jadikan sebagai
panutan atau pedoman hidupnya.
3.
Menciptakan
kondisi yang sehat bagi siswa di masyarakat atau lingkungan sekitarnya.
Secara tidak
langsung, masyarakat turut berperan dalam perkembangan kesehatan fisik dan
mental seseorang. Apa yang dilakukan masyarakat dapat menjadi panutan atau
contoh bagi seseorang. Jika kondisi lingkungan masyarakat di sekitar siswa
bersih, nyaman, dan sehat maka siswa tersebut juga pasti sehat secara fisik.
Misalnya di lingkungan masyarakatnya tidak membuang sampah secara sembarangan
sehingga jarang ada anggota masyarakat yang sakit, maka siswa ini juga tidak
akan membuang sampah sembarangan dan juga memiliki kesehatan yang lebih baik.
Untuk kesehatan secara mental atau rohani, jika anggota masyarakat di
sekitarnya rajin beribadah, memiliki sopan santun, ramah, dan saling membantu,
maka siswa ini juga akan memiliki mental yang baik dan sehat, serta memiliki
pendidikan karakter yang baik yang dia tiru dari perilaku masyarakat yang ada
di sekitarnya.
Secara umum, upaya atau usaha yang dapat
dilakukan untuk membentuk pribadi siswa agar sehat secara fisik dan mental,
antara lain:
1) Menciptakan kondisi dan lingkungan sekolah yang
bersih, sehat, dan nyaman bagi siswa, guru, dan karyawan sekolah.
2) Memberikan pendidikan karakter atau pendidikan moral
kepada siswa-siswi.
3) Memberikan pendidikan jasmani bagi siswa-siswi
minimal seminggu sekali.
4) Mengajarkan pola hidup sehat dan bersih kepada
siswa-siswi, seperti membuang sampah pada tempatnya, rajin membersihkan diri,
dan menyediakan kantin yang bersih serta menjual makanan dan minuman yang
bergizi bagi siswa-siswi.
5) Memanfaatkan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) secara
efektif dan efesien.
6) Melaksanakan pembelajaran di luar ruang kelas,
seperti di lapangan terbuka, taman, atau tempat-tempat yang berkaitan dengan
pembelajaran siswa-siswi, agar mereka tidak bosan karena terus belajar di kelas
dan kurang melihat praktek atau perwujudnyataan tentang suatu topik
pembelajaran.
7) Merencanakan rekreasi sekolah agar siswa-siswi dapat
menyengarkan pikiran mereka, beristirahat dari kepadatan aktivitas sekolah atau
proses belajar, dan hal ini juga akan berdampak pada kesehatan fisik dan mental
siswa-siswi.
8) Menyediakan perpustakaan kecil di sudut kelas yang
terdiri dari buku pengetahuan umum dan bacaan yang ringan bagi siswa-siswi
sehingga dapat menyegarkan pikiran saat waktu luang sehingga tidak mudah jenuh
atau stress saat sedang belajar di dalam kelas.
9) Tidak memberikan siswa-siswi pekerjaan rumah (PR)
atau tugas rumah yang terlalu banyak sehingga waktu istirahat mereka berkurang
atau bahkan sampai begadang atau kurang tidur akibat dari mengerjakan tugas.
10) Menyediakan makanan yang bergizi bagi siswa-siswi di
rumah sebagai pemenuhan kebutuhan gizi anak karena makanan yang dijual sebagian
besar tidak bersih dan kurang bergizi bagi anak.
11) Disarankan agar orang tua dan guru untuk tidak
banyak menuntut siswa-siswi untuk belajar dengan keras sehingga siswa-siswi
merasa terbebani dan akan berdampak pada kesehatan fisik, mental, dan dapat
menyebabkan siswa-siswi menjadi stress.
12) Disarankan agar orang tua dan guru untuk memberikan
motivasi kepada siswa-siswi dalam proses belajar dan dalam berbagai aspek
kehidupannya.
13) Orang tua, guru, dan masyarakat diharapkan mampu
menjadi panutan yang baik dan positif bagi siswa-siswi agar mereka dapat
bertindak positif terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.
14) Memberikan kebebasan kepada siswa-siswi untuk
menyalurkan kreativitas mereka dalam berbagai aspek kehidupannya.
15) Mendengarkan masalah atau curhatan siswa-siswi serta
memberikan jalan keluar bagi masalah mereka sehingga mereka tidak merasa
kesepian dan mudah meresa stress.
Adapun program yang akan kami tawarkan
untuk diwujudkan di SMA Katolik Rajawali Makasssar dan di sekolah-sekolah yang
lain dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045, yaitu menghidupkan UKS
(Usaha Kesehatan Sekolah) di SMA Katolik Rajawali Makassar. Maksud dari
menghidupkan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah melibatkan siswa-siswi dan dokter
dalam pelaksanaan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), karena selama ini UKS hanya
menjadi tempat untuk beristirahat dan tidak memberikan pelayanan khusus bagi
siswa-siswi, para guru, dan karyawan yang sakit di SMA Katolik Rajawali,
seperti obat-obatan tertentu dan pemeriksaan atau konsultasi dengan dokter.
Karena sebenarnya fungsi dan program dari UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah
melibatkan masyarakat sekolah dalam pelaksanaan UKS, tetapi selama ini yang
terjadi adalah UKS jarang difungsikan dan hanya menjadi ruangan yang tidak
terpakai atau tidak terawat. Bahkan UKS di beberapa sekolah tidak difungsikan
dan tidak ada petugasnya, serta minimnya sarana dan prasarana yang tidak
memadai sesuai dengan syarat didirikannya UKS, misalnya tempat tidur hanya
terdapat satu buah, tidak ada obat-obatan yang disediakan oleh pihak sekolah,
dan kondisi ruangan UKS yang kotor atau kurang bersih. Jika UKS diterapkan
secara efektif dengan melibatkan dokter, maka siswa-siswi, guru, atau karyawan
sekolah yang sedang sakit dapat segera diobati dan diberikan penanganan atau
pertolongan pertama. Hal ini akan berdampak pada menurunnya jumlah siswa, guru,
dan karyawan SMA Katolik Rajawali yang sakit. Melibatkan siswa dalam
pelaksanaan UKS juga merupakan hal yang positif, karena dengan melibatkan diri
dalam pelaksanaan UKS menyebabkan siswa mengetahui cara memberikan pertolongan
pertama bagi seseorang yang terserang penyakit. Dan dengan adanya dokter di UKS
sekolah, maka siswa dapat dengan bebas berkonsultasi dengan dokter tentang
berbagai penyakit dan belajar langsung dari ahlinya, yakni dokter dalam
memberikan pertolongan pertama dan obat-obatan yang efektif mengatasi atau
sebagai pertolongan pertama saat terserang penyakit.
Untuk mendukung UKS (Usaha Kesehatan
Sekolah), sebaiknya disediakan kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
di ruang kelas sehingga saat seorang siswa tiba-tiba terserang penyakit atau
mendapat kecelakaan dapat segera diobati sebelum dibawa ke UKS atau rumah sakit
(jika parah).
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian kami melalui
angket dan wawancara, dapat kami simpulkan bahwa ada kaitan antara kesehatan,
baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental siswa-siswi yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar
siswa-siswi di sekolah. Hal ini disebabkan karena kesehatan fisik berdampak
pada kekuatan fisik siswa-siswi untuk mengikuti pembelajaran, sedangkan
kesehatan mental berpengaruh terhadap semangat dan motivasi siswa-siswi untuk
belajar. Kondisi atau atmosfer yang harus diciptakan untuk membentuk pribadi
yang sehat bagi siswa-siswi SMA Katolik Rajawali adalah kondisi sekolah, rumah,
dan masyarakat yang bersih dan nyaman bagi siswa-siswi, sarana dan prasarana di
sekolah dan di rumah harus memadai bagi siswa-siswi dalam berkembang dan bertumbuh,
dan orang-orang di sekitar siswa-siswi harus memberikan pikiran dan sikap yang
posistif bagi pertumbuhan siswa-siswi, dapat menjadi panutan yang baik bagi
siswa-siswi dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dan memberikan motivasi dan
semangat bagi siswa-siswi dalam melakasanakan kegiatannya sehari-hari (seperti
belajar) dan mengekspresikan dirinya secara bebas.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
membentuk pribadi yang sehat secara fisik dan mental, antara lain menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat di sekitar lingkungan siswa-siswi, memberikan
pendidikan jasmani dan kararkter bagi siswa-siswi, mengajarkan pendidikan agama
dan menumbuhkan iman siswa-siswi, memberikan asupan gizi yang cukup bagi
siswa-siswi di rumah dan menyediakan makanan dan minuman yang bergizi di kantin
sekolah, tidak memberikan banyak tuntutan kepada siswa-siswi sehingga mereka
merasa tertekan, melakasanakan rekreasi dan program belajar di luar kelas agar
siswa-siswi tidak mudah jenuh dan bosan, dan menyediakan fasilitas UKS (Unit
Kesehatan Sekolah) yang memadai.
B.
Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas, bahwa kesehatan sangat penting dan mempengaruhi proses
belajar siswa-siswi, maka kami sarankan agar:
1)
sekolah
mengoptimalkan fungsi UKS yang dapat memberikan pelayanan kepada siswa-siswi
saat sedang sakit.
2)
Juga harus
memberikan sosialisasi tentang penerapan dan pentingnya hidup sehat kepada
siswa-siswi.
3)
Mengadakan
program untuk membersihkan kelas sehingga tercipta lingkungan belajar yang
sehat dan bersih yang dikoordinir oleh OSIS.
4)
Memperkenalkan
obat-obatan tradisional kepada siswa-siswi.
5)
Merancang apotik
hidup di sekolah dan siswa yang bertanggung jawab terhadap jalannya apotik ini.
6)
Meningkatkan
iman dan takwa siswa-siswi sehingga terhindar dari pengaruh negatif lingkungan.
7)
Memberikan
penyuluhan tentang bahaya NAPZA dan HIV/AIDS, serta memberikan seks education sehingga siswa-siswi
dapat terhindar dari perilaku menyimpang dan seks bebas.
DAFTAR
PUSTAKA
Arfah,
Drs. Muhammad dan kawan-kawan, 1997, Fungsi Keluarga Dalam Meningkatkan
Kualitas Sumber Daya Manusia Daerah Sulawesi Selatan, Bagian Proyek Pengkajian
dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Sulawesi Selatan, Ujung Pandang.
Eckholm,
Erik P., 1982, Masalah Kesehatan Lingkungan Sebagai Sumber Penyakit, Penerbit
PT. Gramedia, Jakarta.
Departemen Pendidikan
Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta.
Perundang-Undangan:
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
Sumber
Lain: